Kompas.com- Mereka yang bertanggung jawab atas peristiwa 9/11 tak pernah mengenal cinta. Namun ironisnya, di hari naas yang menelan 3000 korban tersebut, dua di antaranya tengah jatuh cinta. Berikut kisah pilu dua perempuan warga Amerika, yang harus merelakan separuh hatinya terkubur dalam serakkan puing menara kembar World Trade Centre 12 tahun silam.
Beverly Eckert
Pada tahun 2005 lalu, melalui wawancara dengan National Public Radio, Beverly angkat bicara dan menuturkan percakapan terakhir penuh harunya bersama Sean, “Dia menelponku saat sedang berdesakkan menuruni tangga darurat, ia tidak mau menyerah, ia ingin menemukan jalan keluar. Tetapi, dengan tersengal ia mengatakan bahwa asap semakin tebal dan sangat sulit untuk melihat. Lalu, suaranya mulai terdengar semakin pelan, aku menanyakan apakah ia kesakitan saat bernapas? Katanya tidak. Aku tahu ia berbohong saat itu, ia tidak mau membuatku semakin khawatir, ia memang seperti itu”
Tak mudah bagi Bev untuk mengingat kembali momen terakhir bersama pria yang telah menjadi kekasihnya dari SMU tersebut. Dengan hati-hati Bev melanjutkan, “Aku sadar, saat itu adalah detik-detik terakhir aku mendengar suaranya. Tapi aku tidak mau Sean putus asa, maka aku mengingatkannya akan kenangan indah yang sudah kami lalui. Ciuman pertama kami, hari pernikahan kami yang berlangsung di taman belakang rumah adikku, perjalanan kami menyusuri Eropa. Dan ia berulang-ulang mengatakan ‘aku cinta kamu, selalu dan selalu’. Beberapa menit kemudian, tak ada lagi suaranya, aku memanggilnya berkali-kali, kemudian terdengar suara ledakan dan baja yang berjatuhan, aku semakin histeris, ia telah meninggalkanku. Saat itu, aku hanya bisa mendekap telpon dan menangis lama sekali. Sampai hari ini aku masih menangis.”
Setelah kepergian Sean, Bev tidak pernah melepaskan cinta mereka. Bahkan Bev mendirikan yayasan Habitat For Humanity dan memberikan beasiswa atas nama mendiang suaminya. Pada tahun 2009, dalam perjalanan dengan pesawat menuju Buffalo, Bev mengalami kecelakaan dan tewas di tempat. Padahal, beberapa hari sebelum kecelakaan, Bev sempat melakukan wawancara mengenai cerita cintanya dengan Sean, saat itu ia mengatakan “Kami hanya ingin hidup bahagia dan mungkin nanti di waktu yang tepat, kami akan benar-benar mendapatkan akhir yang bahagia”.
Carrie Bergonia
Mengenakan busana hitam, Carrie terisak dengan wajah kusut sembari menyetuh nama tunangannya, Joseph Ogren, yang terukir pada situs memorabilia 9/11 yang dibangun di lokasi gedung WTC pernah berdiri sebelum serangan dua pesawat teroris.
Carrie dan Joseph bertemu pada tahun 1993 di Cancun, Mexico, saat itu keduanya tengah menikmati liburan musim panas, semenjak hari itu mereka selalu bersama. Menurut Carrie, mendiang tunangannya memiliki sifat dan kepribadian seperti yang ia impikan. “Saya jatuh cinta padanya karena ia memiliki sifat seorang pria sejati. Kami sama-sama suka lari, dan sudah dua kali mengikuti New York Marathon”.
Pada tanggal 11 September 2001, Joseph yang bekerja sebagai Petugas Pemadam Kebakaran memenuhi panggilan darurat yang diterima oleh unitnya. Panggilan tersebut datang dari menara selatan World Trade Centre. Bersama seluruh anggota unit, ia memasuki gedung yang sedang luluh lantak akibat tabrakan pesawat susulan. Namun tragisnya, Joseph tidak pernah kembali dari dalam gedung, seluruh anggota unit berjibaku mencarinya berhari-hari, namun hasilnya nihil. Joseph dilaporkan sebagai korban yang hilang.
Sebelum peristiwa yang mengguncang dunia tersebut, Joseph baru saja melamar Carrie. Mereka berencana melangsungkan pernikahan pada tanggal 20 Agustus 2002 di Pennsylvania, kampung halaman Carrie.
Sumber : The Daily Mail & Pop Sugar
YOUR COMMENT