VIVAnews - Tidak sembarang orang bisa menjadi relawan pembawa bantuan dari Indonesia ke Suriah. Ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah tidak takut mati. "Kami memberikan syarat bagi relawan yang akan ikut pergi ke Suriah, bahwa mereka harus siap dengan risiko terberat menjalankan misi di medan konflik, yaitu mati," Kata Ketua Peduli Muslim, Ginanjar Indrajati Bintoro. Peduli Muslim bekerja sama dengan Radio Rodja dan Yufid TV berhasil mengumpulkan Rp2 miliar donasi dari rakyat Indonesia untuk Suriah. Saat ini, empat orang relawan masih berada di provinsi Idlib Suriah yang untuk membagikan bantuan. Kepada VIVAnews, Sabtu 3 Agustus 2013, Jati mengatakan persyaratan itu diberikan karena daerah yang dituju para relawan adalah medan perang yang penuh dengan bahaya. Dia juga mewanti-wanti agar para relawan agar menghindari perang secara langsung. "Tujuan kami berangkat bukan untuk perang, tetapi membantu rakyat Suriah korban perang," ujarnya. "Meskipun demikian, risiko terkena peluru, mortir, bom, maupun roket tetap ada. Oleh karena itu, para relawan sebelum berangkat sudah harus siap dengan risiko tersebut," lanjutnya. Selain berani mati, para relawan juga disaring melalui beberapa seleksi. Salah satunya, menurut pria yang akrab disapai Jati ini, adalah dasar pengetahuan agama dan akhlak yang baik. Tanpa pengetahuan yang memadai dalam hal ini, bisa jadi merusak niat awal dalam membantu masyarakat yang kesulitan. "Semangat yang besar tanpa dilandasi pengetahuan agama yang baik, bisa mengantarkan orang pada sikap berlebihan, sehingga terjadilah tindakan anarki dan terorisme. Kami tidak ingin memberangkatkan relawan di Suriah, lalu nantinya pulang ke Indonesia justru menebar tindakan anarki dan terorisme," jelasnya. Syarat lainnya, para relawan harus menjaga nama baik bangsa Indonesia. Jati mengatakan, para relawan membawa simbol negara, yaitu bendera merah putih. Hal ini untuk menunjukkan bahwa ada negara yang peduli terhadap penderitaan rakyat Suriah, yaitu Indonesia. "Relawan Peduli Muslim harus dapat menjaga sikap dan etika ketika menjalankan tugas. Kami berkewajiban menunjukkan kepada rakyat Suriah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, santun, dan peduli," ujarnya. Relawan juga harus mampu berbahasa Arab atau Inggris, serta mampu menghidupi keluarganya selama ditinggal ke Suriah. Izin Orangtua Jika semua syarat terpenuhi, ada satu lagi persyaratan wajib, yaitu restu dari orangtua. Dia mengatakan, rakyat Suriah memang harus dibantu, tetapi sifatnya bukan fardhu 'ain, atau berdosa jika tidak berangkat. "Jika ada relawan yang memiliki kapabilitas, tetapi orangtua melarang ia berangkat, kami pun melarang relawan tersebut bergabung," jelasnya. Saat ini, empat relawan sedang berada di kota Jabal Zawiyah, Desa Ihsim, Idlib. Di desa ini, para relawan bertugas di tengah hujanan roket dan mortir. Ini adalah kloter relawan pembawa bantuan Indonesia untuk Suriah yang kedua. Kloter bantuan berikutnya akan berangkat akhir tahun ini. Untuk keberangkatan berikutnya, Jati melanjutkan, mereka memerlukan tenaga medis khususnya dokter. Sebab, masih sedikit sekali tenaga medis di Suriah untuk menangani korban perang yang terus bertambah jumlahnya. "Kami masih membuka kesempatan bagi para dokter yang ingin berangkat ke Suriah untuk merawat korban perang. Seluruh biaya keberangkatan dan kepulangan dokter yang ingin menjadi relawan insya Allah menjadi tanggungan Peduli Muslim," tutur Jati. |